lagu

Jumat, 07 Desember 2012

Eksperimen di Laboratorium Kimia

BAB 1
MANAJEMEN OPERASIONAL LABORATORIUM

1.1    Pendahuluan
Secara umum laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian. Dalam melakukan percobaan di laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang sifatnya belum kita pahami atau belum dikenal sama sekali. Dalam bekerja di laboratorium tentu saja kita mempunyai target atau tujuan, namun hendaknya untuk mencapai target tesebut keselamatan tidak kita abaikan. Dalam bekerja hendaknya kita punya motto: hasil didapat, diri selamat atau jangan mengorbankan diri demi target. Beberapa contoh kebakaran laboratorium di universitas terkemuka negeri ini adalah yang terjadi di ITB (1973), UGM (1995) dan USU (2006). Tragedi ini kita harapkan tidak akan terulang lagi sehingga manajemen di sebuah laboratorium mutlak harus diimplementasikan.
Manajemen laboratorium (Laboratory manajement) adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas laboratorium sehari-hari.
1.2.    Manajemen Operasional Laboratorium
Untuk mengelola laboratorium dengan baik maka harus dipahami mengenal perangkat-perangkat manajemen laboratorium, yaitu: tata ruang, peralatan yang baik dan terkalibrasi, infrastruktur, administrasi laboratorium, organisasi laboratorium, fasilitas pendanaan, inventarisasi dan keamanan, pengamanan laboratorium, disiplin yang tinggi, keterampilan SDM, peraturan dasar, penangan masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan.
1.3.    Rincian Perangkat Manajemen Laboratorium
a.    Tata Ruang
Tata ruang (lay-out) sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga laboratorium dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang baik dimulai sejak perencanaan pembangunan gedung yang harus mengikutsertakan pengguna (user).
b.    Alat yang baik dan terkalibrasi
Alat yang akan dioperasikan mutlak dalam kondisi: siap pakai (ready for used), bersih, terkalibrasi, tidak rusak, beroperasi dengan baik. Peralatan yang tersedia juga harus disertai dengan buku petunjuk operasional (manual operation). Letak peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada suatu tempat tertentu, baik berupa rak atau meja yang disediakan.
Peralatan dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan setelah selesai digunakan harus dibersihkan dan kemudian disusun seperti sediakala. Sebaiknya peralatan diberi penutup (cover) misalnya plastic transparan. Peralatan yang tidak ditutup akan cepat berdebu yang dapat merusak peralatan tersebut. Peralatan dan bahan laboratorium sebaiknya disimpan dengan pengelompokkan sebagai berikut.
a)    Peralatan gelas (glassware)
Peralatan dalam keadaan bersih, khususnya peralatan gelas yang sering digunakan. Beberapa alat ada yang perlu disterilisasi sebelum digunakan. Peralatan gelas ditempatkan pada lemari khusus.
b)    Bahan-bahan kimia
Bahan kimia yang bersifat asam, alkais dan bahan yang mudah menguap (volatile) sebaiknya ditempatkan pada ruang atau lemari asam (fumehood) untuk menghindari gas-gas yang timbul. Lemari/ruang asam dilengkapi dengan fan agar gas tersedot ke luar. Bahan kimia yang ditempatkan dalam botol gelap dan coklat tidak boeh kontak langsung dengan cahaya, sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c)    Alat-alat optik/mikroskop
Peralatan mikroskop dan optik disimpan ditempat kering (tidak lembab) agar kaca/optiknya tidak rusak (berjamur). Pada waktu penyimpanan mikroskop dimasukkan dalam kotaknya yang berisi silikagel untuk menyerap uap air. Beberapa peralatan optik yang ukurannya kecil seperti kaca pembesar (loop) dapat disimpan dalam desikator.
1. 4     Infrastruktur
Infrastruktur adalah segala sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu laboratorium dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Semua fasilitas fisik maupun non-fisik yang tersedia harus berfungsi dengan baik agar tercapai hasil yang optimal, baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada dasarnya infrastruktur laboratorium dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
a.    Laboratory assessment
Yang termasuk dalam laboratory assesment antara lain: lokasi laboratorium, kontruksi bangunan, pintu, jendela, ventilasi, peralatan laboratorium, dinding, atap dan langit - langit.
b.    General services (Fasilitas Umum)
Fasilitas umum yang terutama diperlukan dalam mendukung operasional laboratorium antara lain air, listrik dan gas. Air sangat dibutuhkan di dalam laboratorium, baik untuk membersihkan atau mencuci alat maupun untuk bahan kebutuhan terhadap percobaan. Laboratorium juga sangat memerlukan listrik, karena listrik adalah sumber tenaga yang diperlukan untuk menjalankan sebagian besar peralatan laboratorium. Semua yang terkait dengan pemanfaatan energi listrik, seperti sumber tegangan, stabilitas tegangan, distribusi arus serta jenis soket yang digunakan harus diperhatikan dan harus sesuai standar dengan spesifikasi peralatan yang dipakai. Selain itu juga diperukan regulator dan unit pembangkit disel. Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/penelitian. Sebaiknya tabung gas ditempatkan di luar gedung, sehingga hanya pipa gas saja yang masuk ke dalam laboratorium, sehingga bahaya ledakan dapat dihindarkan.
1.5    Administrasi dan Organisasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi semua kegiatan administrasi di laboratorium antara lain: inventarisasi peralatan yang ada, surat-menyurat (keluar-masuk), jadwal pemakaian laboratorium (praktikum dan penelitian), daftar bahan kimia, sistem evaluasi dan pelaporan.
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan dan susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi adalah kepala aboratorium. Kepala laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium, seluruh peralatan dan bahan. Personalia laboratorium bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepada yang bersangkutan.
BAB 2
PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN PERALATAN GELAS

Aktifitas laboratorium khususnya laboratorium kimia berupa praktek, penelitian, pelayanan masyarakat (komersial) selalu menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan demikian hal-hal yang tidak dikehendaki (kecelakaan) dapat saja terjadi bila kita tidak mengenal secara baik tentang bahan kimia yang kita gunakan. Banyak kecelakaan yang terjadi karena unsur manusianya (human eror).
    Dalam bekerja di Laboratorium sebaiknya mengasumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di Laboratorium adalah berbahaya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang bahan kimia yang akan digunakan serta penangannya adalah sesuatu yang mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan mengikuti aturan yang ada (normative).
2.1.    Tipe Bahaya Bahan Kimia
    Bahan kimia dikemas dalam berbagai wadah : berupa botol kaca, polimer, dan kemasan logam atau kaleng. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket (label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi.
a. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)
Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti ammonium karbonat. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih.
b. Bahan yang beracun (toksik)
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya, namun ada yang aksinya lambat dan ada yang cepat. Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara yang tidak beracun atau sifat toksisitasnnya lebih rendah. Contoh benzene diganti dengan toluene, CCl4 atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.
Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet dan untuk menahan panas digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya. Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertela), lewat kulit dan pernapasan.
c. Bahan yang mudah terbakar
Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran) seperti logam Natrium (Na) dan Butil-Litium.
d. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil
Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil (nocives), adalah bahan yang bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti piridin bagi laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk pencegahannya maka aktifitas dilakukan di lemari asam.
e. Bahan yang bersifat korosif (corrosive)
Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti Brom. Urutan sifat korosif dalam bntuk gas > caiar > padat. Untuk pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-banyaknya sebelum dibawa ke dokter.
f. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi
Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabakan lecetnya kulit, mata dan mengganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik.
g. Bahan yang menghasilkan radiasi
Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar alfa, beta dan gama yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya di Laboratorium nuklir seperti BATAN. Untuk mencegahnya digunakan baju timbal.

2.2.    Penyimpanan Bahan Kimia
Untuk menyimpan bahan kimia di gudang bahan (storage) maka perlu pengetahuan dasar tentang : sifat bahaya yang ditimbulkan, kemungkinan interaksi antara bahan, kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu, dan kelembaban udara), interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi).
Penyimpanan bahan kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
Berikut ini adalah menyimpan bahan sesuai dengan jenis bahaya yang ditimbulkannya.
1.    Bahan yang mudah meledak (Explosive)
Contoh : Amonium nitrat, nitroselullulosa, nitrogliserin dan trinitrotoluene (TNT).
Dismpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari : benturan, gesekan dan loncatan api dan panas.
2.    Bahan yang mudah terbakar (Flammable)
Contoh:    -    aluminium alkil fosfor (zat terbakar langsung)
    -    butana, propane (gas mudah terbakar)
    -    aseton, benzene (cairan mudah terbakar)
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi serta tersedia alat pemadam kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber api.
3.    Bahan yang mudah teroksidasi (oxidizer)
Contoh : Hidrogen peroksida, kalium perklorat dan kalium permanganate.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan mudah terbakar dan reduktor.
4.    Bahan korosif (corrosive)
Contoh :  Belerang dioksida, asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, wadah tertutup rapat, berlabel dan dipisahan dari bahan beracun (toxid)
5.    Bahan beracun (toxid)
Contoh : Arsen trikolorida, merkuri klorida dan sianida.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, terpisah dari bahan yang dapat berinteraksi, sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan (gloves), segera ke dokter bila terjadi keracunan.
6.    Bahan yang iritan (harmful or irritant)
Contoh : ammonia dan benzyl klorida.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan, kulit dan mata.
7.    Bahan radioaktif (radioactive)
Contoh : Uranium, Radium dan Torium
Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus.
8.    Bahan reaktif terhadap air
Contoh : natrium, hidrida, karbit dan nitride.
Disimpan diruangan yang dingin, kering dan berventilasi. Hindari air (ruangan kedap air), api, panas, dan disediakan tabung kebakaran dengan bahan karbon dioksida
9.    Bahan reaktif terhadap asam
Contoh : natrium, hidrida, karbit dan sianida.
Disimpan diruangan yang dingin, kering dan berventilasi. Hindari asam, sumber api dan panas. Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus, agar tidak terjadi kantong-kantong hydrogen.
10.    Gas bertekanan
Disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas,bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur. Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya.
11.    Bahan-bahan “incompatible”
Bahan-bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat, kebakaran atau ledakan. Contoh : sianida dengan asam, hidrokarbon dengan klor

2.3      Penanganan Peralatan Gelas dan Prasarana Laboratorium
      Keselamatan di Laboratorium akan terjamin bila penanganan bahan kimia dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada etiket kemasan bahan kimia. Aktifitas di Laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu juga tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingga bahaya tidak hanya disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan tentang penanganan alat.
    Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah disiplin yang tinggi, kerapian, kebersihan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) bila terjadi kecelakaan, mutlak dipahami paling tidak secara umum. Berikut ini beberapa tips dalam penanganan peralatan khususnya peralatan gelas (glassware).
a.    Alat-alat gelas/kaca
Bekerja dengan peralatan gelas harus hati-hati. Alat gelas seperti beaker, labu takar, tabung reaksi, erlenmeyer, dan sebagainya.
b.    Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-hati.
c.    Alat-alat yang sudah cacat perlu disortir apakah ada yang dapat diperbaiki dibengkel gelas.
d.    Botol yang diisi bahan kimia diberi label yang jelas dengan identitas nama bahan, kosentrasi, tanggal pembuatan dan siapa yang membuatnya.
e.    Tabung yang berisi gas disimpan ditempat yang sejuk dan tidak panas.
f.    Penggunaan pipet dengan mengisap sebaiknya dihindari meskipun bahan tidak berbahaya.
Pelaksanaan aktivitas laboratorium dilengkapi prasarana listrik, listrik air, gas, alat penangas, pendingin, dan ventilasi. Prasarana ini pun harus ditangani dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


BAB 3
ALAT-ALAT KESELAMATAN LABORATORIUM

Keselamatan kerja dalam melakukan aktifitas di Laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan baik yang disebabkan peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia. Disamping pengetahuan yang baik tentang sifat bahaya bahan kimia, maka pengetahuan tentang alat-alat keselamatan Laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak. Laboratorium yang baik harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya (kimia,fisika,biologi,laboratorium terapan dan lain-lain).
Laboratorium kimia agak sepesifik karena banyak menggunakan bahan kimia dengan bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar berikut:
3.1. Jas Laboratorium
Setiap orang yang bekerja dilaboratorium harus menggunakan alat ini untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3.2. Sarung Tangan
Sarung tangan (gloves) sangat penting karena daya tahan terhadap bahan kimia dan suhu yang tinggi terbatas. Untuk menjamin keselamatan pekerja maka sarung tangan harus selalu dipakai dengan jenis sarung tangan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
3.3. Pelindung mata dan muka
Disamping mencegah muka dan mata dari percikan bahan kimia maka penggunaan pelindung mata dan muka juga untuk mencegah muka dari kontak dengan cahaya Ultra Violet (UV), sinar laser dan api pengelasan. Untuk mencegah muka dari pengelasan ini maka digunakan kaca mata khusus. Jangan menggunakan kontak lensa bila bekerja dilaboratoriun karena asap/uap dapat menumpuk dibawah kontak lensa yang dapat menimbulkan kerusakan mata.
3.4. Alat/Kran pencuci mata
Mata yang terkena cairan kimia, debu dan butir-butiran yang terbang sebagai pertolongan pertama harus dicuci dengan alat pencuci mata. Bila tubuh memerlukan air yang banyak , maka dilaboratorium harus tersedia kran pencuci mata.
3.5. Alat pernafasan
Alat pernapasan adalah melindungi saluran pernapasan dari debu, serat kecil dan uap atau gas dari bahan kimia.
3.6.  Alat pemadam kebakaran
Beberapa alat pemadam kebakaran tergantung jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam kebakaran ada yang berupa air, tepung, karbondioksida, halon, busa, pasis dan lain-lain.
3.7. Selimut Api
Selimut api digunakan saat waktu terjadi kebakaran khususnya untuk meroboskan api kebakaran.
3.8. Tangga
Tangga digunakan untuk mengambil alat atau bahan kimia yang terdapat di tempat tinggi, untuk menghindari bahaya akibat jatuhnya atau tumpahnya bahan kimia.
3.9. Karet Penghisap
Karet penghisap digunakan untuk memipet bahan-bahan kimia dan sebaliknya semua pengambilan bahan kimia dilakukan dengan karet penghisap.
3.10. Tanda peringatan keselamatan
Tanda ini perlu untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi setiap orang yang melakukan aktifitas di laboratorium.

BAB 4
BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, walaupun bahaya tersebut terjadi karena penanganan yang salah. Efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia diklasifikasikan sebagai berikut.
4.1.     Bahan Yang Segera Melukai Kulit
a. Asam kuat.
    Golongan ini adalah asam sulfat, asam klorida, asam kromat, asam asetat glasial dan lain-lain. Air tidak boleh dituangkan langsung dalam asam sulfat pekat karena akan menghasilkan panas yang hebat (eksplosif).
b. Basa kuat.
    Golongan ini adalah soda api (NaOH), KOH, natrium peroksida dan lain-lain. Beberapa basa kuat bila dicampurkan dengan air akan menimbulkan panas yang hebat. Membuka tutup amonia harus dengan hati-hati karena uapnya berbahaya dan penyimpanannya harus di tempat yang sejuk.
c. Berbagai Bahan Lain Yang Berbahaya.
    Berbagai bahan kimia yang sangat reaktif dengan air seperti titanium klorida, aluminium klorida, tionil klorida, asam klorosulfonit, fosforus klorida dan lain-lain. Reaksinya dengan air akan menghasilkan sulfur dioksida dan atau hidrogen klorida yang menyebabkan luka pada paru-paru. Bila menangani bahan ini selalu menggunakan sarung tangan PVC dan pelindung muka (mata). Pada proses pengenceran maka kebersihan peralatan adalah sesuatu yang mutlak.
4.2     Bahan Yang Diserap Kulit
    Keracunan dapat terjadi bila membiarkan zat-zat tersebut tetap tinggal di kulit (lupa membersihkannya). Senyawa-senyawa ini adalah turunan nitro dan amina dari benzena seperti aniline , toluene, nitrobenzene, dinitrokloro benzene dan lain-lain. Sedangkan senyawa anorganik yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida, garam-garam timah, arsenik, tembaga, selenium dan merkuri. Segera setelah bekerja dengan bahan-bahan kimia diatas tangan harus segera dicuci dengan air dan sabun.
4.3     Timbunan Racun Dalam Tubuh
    Bahan-bahan kimia yang relatif tidak berbahaya jika jarang digunakan (sekali-sekali) dalam waktu singkat, dapat menjadi berbahaya jika digunakan konstan dan teratur karena terjadi penimbunan (akumulasi) akibat absorbs sedikit demi sedikit. Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah timah, arsenik, merkuri, karbontetraklorida, benzene, tetrakloroetena, turunan nitro, aniline, dan lain-lain.
4.4     Gas Dan Cairan Yang Mudah Terbakar
    Cairan yang mudah terbakar tidak boleh dituangkan di dekat api, tidak boleh dipanaskan kecuali untuk spesifikasi tertentu/tujuan tes dengan teknik khusus. Untuk penyimpanannya harus dalam wadah yang ruang kosongnya cukup besar dan disimpan di tempat yang sejuk untuk mencegah ledakan oleh uap jenuh karena cuaca panas. Beberapa cairan yang mudah terbakar adalah eter, benzene, etanol dan petroleum eter (pe).
    Gas yang mudah terbakar misalkan karbon disulfide (CS2) atau karbit harus hati-hati karena bola lampu yang menyala dapat membakarnya. Pembakaran menghasilkan gas belerang dioksida (SO2) yang beracun. Beberapa cairan menghasilkan uap yang mudah terbakar seperti methanol (metil alkohol), etanol, petroleum (ligroin, kerosin, paraffin), aston, toluene, solven naptha, white spirit dan eter.
4.5 Debu Dan Asap
    Debu dan asap (dust and fume) dapat menyebabkan keracunan bila diisap pada waktu melakukan aktivitas yang dapat  dihasilkan dari penggilingan, penyaringan, penuangan bahan dan lain-lain. Misalkan asap dari timah, cadmium, fosfous, selenium, merkuri, berilium, vanadium yang sangat beracun. Debu silica, asbes dapat merusak paru-paru. Bila bekerja dengan bahan ini maka harus dilakukan di lemari asam, atau bila tidak ada lemari asam menggunakan masker.
4.6     Bahan Radioaktif
    Bahan radioaktif masuk dalam tubuh melalui kulit, mulut dan hidung sehingga bila menggunakan bahan radioaktif harus yakin bahwa hal tersebut tidak terjadi. Selalu menggunakan sarung tangan karet, dan sebelum meninggalkan laboratorium tangan harus dicuci bersih, kemudian dimonitor yang alatnya mutlak harus ada untuk laboratorium yang banyak menggunakan zat-zat radioaktif. Alat deteksi radioaktif harus dilengkapi monitor portable untuk mendeteksi radioaktif dan portable dose-rate untuk mengukur dosis radioaktif yang diterima individu. Pembuangan sampah radioaktif merupakan tanggung jawab pengawas laboratorium. Bahan ini tidak dapat dibuang lewat bak pencuci atau saluran air tanpa rekomendasi khusus.
4.7     Peroksida dari Eter
    Kebakaran bukan satu-satunya bahaya yang ditimbulkan oleh eter. Dietil dan diisopropil eter bila kontak langsung dengan cahaya matahari dapat membentuk peroksida yang tidak stabil yang dapat menimbulkan ledakan. Eter harus disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya dan dalam botol kemasan yang berwarna kuning sawo dan periode penyimpanan yang sesingkat mungkin.
4.8     PVC (Polivinyl Chloride)
    Walaupun PVC tidak mudah terbakar, namun pada temperatur tinggi dapat terurai membentuk hidrogen klorida yang sangat korosif dan sangat berbahaya untuk pernapasan.
4.9     Asam Perklorat
    Asam perklorat bila kontak dengan bahan organik atau anorganik yang mudah teroksidasi dapat menghasilkan ledakan dan kebakaran. Senyawa asam perklorat ˂ 72% adalah ambang batas yang aman digunakan untuk oksidasi bahan yang diperlukan. Cairan atau larutan yang mengandung alkohol, gliserol atau bahan lain yang dapat membentuk ester tidak boleh dipanaskan bersama-sama dengan asam perklorat karena dapat mengakibatkan ledakan yang hebat. Asam perklorat juga tidak boleh dibiarkan kontak denga rak atau meja kayu dan wadahnya harus diletakkan pada gelas atau bahan yang terbuat dari porselen. Setiap tumpahan harus dinetralkan dengan abu soda dan disiram dengan air yang banyak sebelum dilap. Setiap pekerja yang menggunakan asam perklorat harus menggunakan sarung tangan, kaca mata pelindung atau pelindung muka.
4.10     Gas Beracun dan Iritan
    Bahan yang menyebabkan iritan dan sekaligus beracun sangat banyak termasuk uap asam dan basa pekat seperti asam klorida, asam fluorida, asam nitrat, sulfur klorida dan bromin. Difenilkloro dan sianoarsen digunakan sebagai senjata kimia dalam perang (senjata pemusnah massal) yang sangat dilarang dalam perang. Bahan-bahan bentuk gas seperti klorin, sulfur dioksida, fosgen dan nitrogen peroksida juga sangat iritan dan beracun.
Hidrogen selenida merupakan bahan beracun yang setara dengan arsenik dan hydrogen sianida. Bahkan beberapa zat yang iritan dab beracun sulit dideteksi keberadaannya seperti gas karbon monooksida. Kehadiran beberapa gas beracun dan iritan dapat dideteksi dari baunya seperti HCN (bau almond) dan H2S bau telur busuk. Langkah pertama yang harus dilakukan bila keracunan adalah langkah-langkah berikut: berikan banyak air dan susu untuk diminum (antidote), berikan obat emesis, pindahkan orang yang keracunan ke tempat terbuka dan segar dalam keadaan telentang dan hangat, serta longgarkan kain yang melekat ditubuhnya, jangan diberikan obat stimulant (perangsang) selain kopi panas. Berikan oksigen jika perlu dan pernapasan buatan diberikan bila benar-benar pernapasan seolah-olah berhenti.

2 komentar: