lagu

Selasa, 11 Desember 2012

Penyimpanan Alat Laboraatorium


BAB I
PENDAHULUAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan.
Alat laboratorium IPA merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA yang dapat dipergunakan berulang–ulang. Contoh alat laboratorium IPA: pinset, pembakar spiritus, thermometer, stopwatch, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti tang, obeng, pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama.
Banyak kerusakan di laboratorium terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap pedoman penyimpanan peralatan laboratorium yang tidak benar. Bahaya terkait peralatan yang paling umum di laboratorium berasal dari peralatan berdaya listrik dan perangkat untuk menangani gas mampat, tekanan tinggi atau rendah, dan suhu tinggi atau rendah. Dalam makalah ini akan dibahas pedoman penyimpanan peralatan laboratorium yang standar

BAB II
ISI

Penataan terkait erat dengan pengelompokan, penempatan, penyimpanan dan kemudahan pemeliharaan dan penggunaannya. Alat laboratorium dimaksudkan adalah alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum atau penelitian kimia. Alat laboratorium dikelompokkan sesuai dengan bahasan penataan alat. Untuk praktisnya alat – alat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, seperti :
1) Alat kegiatan (pengamatan & pengukuran), seperti mikroskop, osiloskop, perangkat alat optik, kamera, anemometer, kalorimeter, timbangan, dsb
2) Alat-alat dasar, digunakan untuk melengkapi alat/perangkat alat percobaan, seperti gelas kimia, tabung reaksi, pipa kapiler, erlenmeyer, pelubang gabus, selang plastik, dst
3) Alat peraga seperti Kit IPA, termasuk di dalamnya model, torso, insektarium dan alat-alat lain yang serupa, digunakan untuk meragakan suatu struktur suatu objek
4) Charta, foto, atau bagan, digunakan untuk menjelaskan suatu hal
5) Perkakas dan alat penunjang seperti obeng, alat bor, tang, catut, gunting, soldier, alat pemadam kebakaran, jas lab, masker, kulkas, dst yang digunakan untuk memperbaiki macam-macam peralatan lab.
Pengelompokan juga dapat didasarkan atas sifat peralatan. Menurut dasar ini, penataan alat-alat lab dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok, seperti:
 (1) alat elektronik dan magnet seperti amperemeter, power supply, voltmeter, (2) alat optik, (3) kalor, (4) model, gambar atau bagan, (5) alat gelas seperti gelas ukur, labu erlenmeyer, termometer, (6) alat logam seperti kaki tiga, penjepit/klem tiga jari, statif, (7) instrumen seperti colorimeter, pH meter, spektrofotometer UV.
Sistem penataan alat yang mempertimbangkan sifat dan fungsi alat, pada teknis pengadministrasian lebih menekankan urutan (sequence) alfabetis berdasarkan nama awal (initial) alat. Dasar penataan alat laboratorium berdasarkan prinsip kemudahan, prinsip keamanan, prinsip kerapian, prinsip keterawatan, efektifitas pengoperasian alat dan efisiensi.
Pada penataan peralatan, perlu mempertimbangkan ruang gerak untuk kegiatan. Adapun yang menjadi bahan pertimbangan penataan yaitu jenis alat (elektronik/non elektronik, alat/perkakas); tingkat resiko (timbangan analit – mekanik yang mudah rusak, alat gelas yang mudah pecah, alat listrik yang menggunakan daya cukup tinggi); sifat alat( mikroskop, alat dengan bahan mudah terbakar, alat bahan besi yang mudah berkarat); kecanggihan alat; kualitas alat; jumlah alat tersedia; bahan penyusun alat; bentuk dan ukuran alat; bobot/berat alat; frekuensi penggunaan. Peletakan alat laboratorium tersedia contohnya antara lain alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa, dan alat yang mahal disimpan terpisah. Alat untuk percobaan Biologi/IPA dikumpulkan menurut golongan percobaannya. Alat yang digunakan untuk beberapa jenis percobaan disimpan tersendiri ditempat khusus. Alat – alat untuk percobaan biologi umumnya disimpan menurut judul percobaan atau dapat dilakukan atas alat – alat. Alat – alat listrik ( alat ukur & penunjang) diletakkan di dekat sumber listrik menyesuaikan dengan instalasi.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di laboratorium:
1)    Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan sehingga fungsinya berkurang.
2)    Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing–masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci).
3)    Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Cara menyimpan alat laboratorium IPA
Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut, bobot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh pengguna/praktikan.
         Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium kimia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat yaitu: bahan dasar pembuatan alat, bobot alat, kepekaan alat terhadap lingkungan, pengaruh alat yang lain, kelengkapan perangkat alat dalam suatu set.

Penyimpanan alat selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.    Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
2.    Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
3.    Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass.
4.    Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
Cara penyimpanan alat dapat berdasarkan jenis alat, pokok bahasan, golongan percobaan dan bahan pembuat alat:
1.    Pengelompokan alat–alat fisika berdasarkan pokok bahasannya seperti: Gaya dan Usaha (Mekanika), Panas, Bunyi, Gelombang, Optik, Magnet, Listrik, Ilmu, dan Alat reparasi.
2.    Pengelompokan alat–alat biologi menurut golongan percobaannya, seperti: Anatomi, Fisiologi, Ekologi dan Morfologi.
3.    Pengelompokan alat–alat kimia berdasarkan bahan pembuat alat tersebut seperti: logam, kaca, porselen, plastik dan karet.
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan. Penyimpanan alat selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.    Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.
2.    Alat berbentuk set, penyimpanannya harus dalam bentuk set yang tidak terpasang.
3.    Ada alat yang harus disimpan berdiri, misalnya higrometer, neraca lengan dan beaker glass.
4.    Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
5.    Penyimpanan zat kimia harus diberi label dengan jelas dan disusun menurut abjad.
6.    Zat kimia beracun harus disimpan dalam lemari terpisah dan terkunci, zat kimia yang mudah menguap harus disimpan di ruangan terpisah dengan ventilasi yang baik.
Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat–alat yang boleh diambil oleh siswa dengan sepengetahuan guru pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yangdapat diletakkan di meja demonstrasi adalah: kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi. Langkah - Langkah Penyimpanan Alat :
1.    Bersihkan ruangan penyimpanan alat
2.    Periksa data ulang alat yang ada
3.    Kelompokkan alat yang ada berdasarkan pada keadaan alat.
4.    Penyimpanan dan penataan alat disesuaikan dengan fasilitas Laboratorium.
Penyimpanan alat perlu memperhatikan frekuensi pemakaian alat. Apabila alat itu sering dipakai maka alat tersebut disimpan pada tempat yang mudah diambil. Alat – alat yang boleh diambil oleh praktikan dengan sepengetahuan instruktur/pembimbing, hendaknya diletakkan pada meja demonstrasi atau di lemari di bawah meja keramik yang menempel di dinding. Contoh alat yang dapat diletakkan di meja demonstrasi adalah : kaki tiga, asbes dengan kasa dan tabung reaksi. Penyimpanan dan pemeliharaan alat harus memperhitungkan sumber kerusakan alat. Sumber kerusakan alat akibat lingkungan meliputi hal – hal berikut :
1.    Udara
Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki kelembaban). Kandungan ini memungkinkan alat dari besi menjadi berkarat dan membuat kusam logam lainnya seperti tembaga dan kuningan. Usaha untuk menghindarkan barang tersebut terkena udara bebas seperti dengan cara mengecat, memoles, memvernis serta melapisi dengan krom atau nikel.
2.    Air dan asam – basa
Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat seperti berkarat, korosif dan berubah fungsinya.
3.    Suhu
Suhu yang tinggi atau rendah dapat mengakibatkan: alat memuai atau mengkerut, memacu terjadinya oksidasi, merusak cat serta mengganggu fungsi alat elektronika.
4.    Mekanis
Sebaiknya hindarkan alat dan bahan dari benturan, tarikan dan tekanan yang besar. Gangguan mekanis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alat .
5.    Cahaya
Secara umum alat kimia sebaiknya dihindarkan dari sengatan matahari secara langsung. Penyimpanan bagi alat yang dapat rusak jika terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam lemari tertutup.
6.    Api
Komponen yang menjadi penyebab kebakaran ada tiga, disebut sebagai segitiga api. Komponen tersebut yaitu adanya bahan bakar, adanya panas yang cukup tinggi, dan adanya oksigen. Oleh karenanya penyimpanan alat dan bahan laboratorium harus memperhatikan komponen yang dapat menimbulkan kebakaran tersebut.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pedoman penyimpanan alat laboratorium yang strandar diatas maka dapat dipahami pentingnya ada pedoman dalam suatu laboratorium kimia yang pada akhirnya dapat berdampak adanya keteraturan dan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium tempat melaksanakan kegiatan praktikum. Dan pengetahuan akan penyimpanan alat pun semakin bertambah dengan mengetahui pedoman penyimpanan alat di laboratorium IPA. Sehingga dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja.
















PUSKATA

Hadiat (Ed.). 1984. Pedoman Pengelolaan Laboratorium IPA : Pegangan
Guru. Proyek Pengadaan Buku. Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R.I. Tentang Standart Tenaga
Laboratorium Sekolah/ Madrasah. No. 26 Tahun 2008
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_240/zip/MP_240.html
http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/materi_pokok/MP_240/zip/MP_240.html
http://www.slideshare.net/abinul/c-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-di-lab
Cara Menyimpan Alat dan Bahan Laboratorium IPA http://belajar.kemdiknas.go.id/index3.php?display=view&mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/SMP/view&id=240&uniq=1892







Filsafat Sains

Coba berfilsafat dengan objek material, rangkaian 3(tiga) hal yaitu perubahan diantara struktur, sifat-sifat dan energi dari setiap zat. Arah pembahasannya merupakan objek formal kenapa ada zat atau benda yang hidup dan benda yang mati. Coba bernalar lebih jauh sehingga diarahkan khusus pada hidup manusia dan karakternya.
Pembahasan:
Apa yang ada diatas bumi terdiri atas benda hidup dan benda tidak hidup (benda mati). Benda tidak hidup berupa batu, kursi, rumah, lemari, dan sebagainya. Benda hidup berupa manusia, tumbuhan, dan hewan. Benda hidup berbeda dengan benda mati karena benda hidup memiliki suatu zat yang membuat mahkluk itu hidup. Zat yang ada pada makhluk hidup ini bukanlah benda fisik. Mereka dapat berupa energi yang menjadikan mereka hidup. Jadi energi itu dapat berupa cairan atau roh, yang memasuki tubuh manusia. Dan mampu membentuk sifat-sifat manusia tersebut dari energi yang ada.
Benda mati tidak bergerak atau diam, kecuali digerakkan oleh benda lain. Sedangkan benda hidup bergerak walaupun tidak digerakkan oleh benda lain. Dengan demikian hidup itu bersifat gerak pribadi (bergerak sendiri). Diam ialah tetap pada tempatnya, dan bergerak ialah berpindah tempat, walaupun yang bergerak bagian benda itu. Jadi hidup manusia ataupun benda hidup lainnya bersifat gerak. Wujud manusia sebagai mahluk yang bergerak disebut badan (raga). Badan manusia dapat bergerak sendiri karena energi yang dimilikinya dalam raganya.
Benda hidup yang dinamakan manusia, ia merasa hidup. Rasa hidup inilah yang mengakibatkan manusia digerakkan oleh energi yang dimilikinya. Bukan saja manusia, tetapi semua benda hidup, tumbuhan dan hewan juga memiliki dorongan rasa hidup. Karena gerak manusia terdorong oleh rasa hidup, maka maksud semua gerakkanya supaya terjadi kelangsungan hidup yang terus menerus. Tindakan manusia terdorong oleh perasaannya. Maka rasa hidup menolak kematian.
Sebagai contoh, misalnya pohon jambu itu bergerak, dan akar-akarnya bergerak masuk ke dalam tanah mencari makanan supaya hidupnya berlangsung walaupun tidak disadari. Setelah besar pohon jambu itu tidak berhenti sampai disitu, tetapi akan berbunga, dan bunga ini menjadi putik yang kemudian menjadi buah. Setelah buah masak akan jatuh ke tanah, yang kemudian tumbuh menjadi pohon lagi. Pohon tua akan mati dan pohon muda menggantikan hidupnya.
Adapun gerak pohon tersebut agar dapat melangsungkan hidupnya dan melangsungkan jenisnya, demikianlah terhadap manusia dan hewan untuk melangsungkan hidup dan jenisnya. Semua gerak tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, didorong oleh rasa hidup dengan maksud yang sama untuk meneruskan hidup dan jenisnya. Cara manusia bergerak dengan tumbuhan dan hewan berbeda untuk mencukupi kehidupannya. Cara gerak hewan dan tumbuhan berlangsung tanpa pengertian, karena tidak memiliki pengertian, sedangkan cara manusia berlandaskan pengertian karena manusia memiliki pikiran.
Jadi jika manusia memiliki pikiran untuk berpikir, maka ia akan mendapat pengertian. Dan pengertian ini dapat berupa ilmu. Jadi tindakan manusia untuk memenuhi   kebutuhan hidupnya berlandaskan ilmu, karena tanpa ilmu dia tidak dapat bertindak apa-apa. Benda hidup lain kecuali manusia memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ilmu jadi mereka tidak akan pernah bertindak keliru karena nalurinya sudah ada. Jadi tidak akan ditemukan kambing bunuh diri karena putus asa. Hewan tidak pernah keliru untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, semua dapat terlaksana tanpa pengertian.
Dalam memenuhi kebutuhan manusia yang berpikir itu mula-mula mengambil hasil hutan dan memburu hewan,kemudian bercocok tanam dan memelihara ternak. Demikian pula dalam hal pakaian, dari menggunakan kulit kayu atau kulit hewan, kemudian maju memintal benang dan menenun kain. Yang tinggal dalam gua kemudian maju membuat rumah bambu, rumah kayu, rumah gedung, dan seterusnya.
Ada lagi perbedaan manusia dan mahluk hidup lainnya yaitu dalam hal rasa, ada tidak adannya pikiran. Hewan hanya punya rasa senang dan susah, tetapi tidak punya rasa bahagia dan derita. Sedang manusia manusia selain punya rasa senang dan susah, juga mempunyai rasa bahagia dan derita. Karena manusia mempunyai pikiran, maka ia mempunyai cita-cita. Bahagia bila cita-citanya tercapai dan sedih bila cita-citanya tidak tercapai.
Cita-cita inilah yang mempengaruhi karakter manusia. Cita-cita dapat menyelewengkan tindakannya dari tujuan hidup, yaitu kelangsungan hidup pribadinya dan jenisnya. Bila cita-cita gagal, manusia sering bersifat nekad, bahkan bersedia bunuh diri. Ini jelas bertentangan dengan tujuan hidup manusia yang tidak berkarakter.
Karena manusia memiliki pikiran, ia akan enak dalam pergaulan bila ia mengerti sifat-sifat  dari sesuatu yang diajak bergaul. Bila ia mengerti sifat-sifat dari sesuatu yang dihubunginya, ia akan merasa enak, karena tindakannya benar. Tetapi bila ia tidak mengerti sifat tersebut, ia akan merasa tidak enak karena tindaknnya salah. Jadi rasa enak atau tidak enak, dalam hal ini berpangkal pada persoalan mengerti atau tidak mengerti. Manusia hanya menguasai benda-benda yang ia ketahui dan mengerti sifat-sifatnya.
Orang baru dapat mengenal diri sendiri setelah berhubungan dengan benda-benda, orang lain dan gagasannya, atau dengan rasa sendiri. Orang hidup tentu berhubungan dengan sesuatu, karena dalam hubungan itu ia merasa bahwa ia ada. Rasa ada ini senantiasa merasakan segala apa yang ada.
Agar mudah dipahami, diberi contoh secara terperinci, bagaimana orang menanggapi sesuatu yang dihadapinya. Menanggapi dengan rasa suka atau tidak. Misalnya pada waktu orang membaca buku, ia akan menanggapi lampu terang dengan rasa senang karena lampu memenuhi kebutuhannya. Karena itu, lampu terang dianggap baik. Sebaliknya, pada waktu ia hendak tidur, ia menanggapi lampu terang dengan rasa benci. Karena lampu terang menyilaukan matanya dan tidak memenuhi kebutuhannya. Jadi semua tindakan manusia itu didasarkan rasa suka atau tidak suka dalam memenuhi kebutuhannya.  
Kembali ke hubungan struktur, sifat-sifat, dan energi benda hidup dan benda mati. Bahwa benda hidup dibentuk dengan struktur-struktur yang berbeda-beda demikian juga dengan sifat-sifatnya. Manusia dibentuk dari struktur organ-organ tubuhnya, dan memiliki sifat-sifat pribadi masing-masing yang memiliki energi dalam dirinya. Dimana energi ini dapat berupa energi positif dan energi negatif.
Arah positif ini yaitu dimana karakter manusia yang dihasilkannya bersifat positif, manusia itu bertindak sesuai hati nuraninya . Ke arah negatif apabila manusia itu bertindak melawan hati nuraninya, melawan hati nurani akan membentuk manusia itu manusia yang salah dan  jauh dari kebenaran. Semakin sering manusia itu bertindak melawan hati nuraninya maka dia akan memiliki sifat-sifat negatif yang mana sifat-sifat negatif ini terus dipupuk dan tidak diubah maka akan menjadi karakter manusia tersebut.










Jumat, 07 Desember 2012

Latihan soal Ikatan Kimia



1. Mengapa unsur-unsur golongan VIIIA (gas mulia) bersifat stabil?
2. Mengapa unsur-unsur selain golongan VIIIA (gas mulia) bersifat tidak stabil?
3. Bagaimana cara unsur-unsur selain golongan VIIIA mencapai kestabilan atau mencapai
    hukum oktet?
4. Sebutkan macam-macam ikatan kimia yang Anda ketahui!
5. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion?
6. Apakah syarat terjadinya ikatan ion?
7. Jelaskan terjadinya ikatan ion dan tulislah ikatan ion yang terjadi pada:
a. Mg (Z = 12) dengan F (Z = 9)
b. Ba (Z = 56) dengan Cl (Z = 17)
c. Ca (Z = 20) dengan S (Z = 16)
d. Fe (elektron valensi = 3) dengan Cl (elektron valensi = 7)
e. Zn (elektron valensi = 2) dengan Br (elektron valensi = 7)
f. Cr (elektron valensi = 3) dengan O (elektron valensi = 6)
g. Al (golongan IIIA) dengan S (golongan VIA)
h. Ca (golongan IIA) dengan N (golongan VA)
i. K (golongan IA) dengan I (golongan VIIA)
j. Na (golongan IA) dengan S (golongan VIA)


1. Apakah yang dimaksud dengan ikatan kovalen?
2. Tentukan jenis ikatan pada senyawa berikut ini, tergolong ikatan ion atau ikatan
kovalen.
a. HCl           f. Ag2O
b. H2SO4      g. FeS
c. K2O          h.Ca(NO3)2
d. H2CO3     i. BaBr2
e. CH3Cl       j. C6H12O6
Gambarkan pembentukan ikatan kovalen dan struktur Lewisnya pada
a. air, H2O;                        c. etena, C2H4 dan
b. amoniak, NH3;               d. propana, C3H8

Gambarkan struktur Lewis dan tunjukkan ikatan kovalen serta ikatan kovalen koordinat pada senyawa berikut.
a. H – O – Cl – O .
b. H – O – N = O
           |
          O






1. a. Apa yang dimaksud dengan ikatan logam?
b. Dengan adanya ikatan logam jelaskan mengapa logam memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi, serta bersifat konduktor yang baik?

1. Apakah syarat terjadinya:
a. ikatan kovalen polar
b. ikatan kovalen nonpolar
2. Kelompokkan senyawa berikut mana yang termasuk ikatan kovalen polar dan mana yang termasuk ikatan kovalen nonpolar!
a. Cl2            f. NH3
b. HCl           g. BF3
c. CO2          h. BeCl2
d. H2O          i. HBr
e. H2S          j. CH4





1. Mengapa unsur-unsur golongan VIIIA (gas mulia) bersifat stabil?
2. Mengapa unsur-unsur selain golongan VIIIA (gas mulia) bersifat tidak stabil?
3. Bagaimana cara unsur-unsur selain golongan VIIIA mencapai kestabilan atau mencapai hukum oktet?



Eksperimen di Laboratorium Kimia

BAB 1
MANAJEMEN OPERASIONAL LABORATORIUM

1.1    Pendahuluan
Secara umum laboratorium adalah tempat melakukan berbagai percobaan atau penelitian. Dalam melakukan percobaan di laboratorium digunakan peralatan dan bahan kimia yang sifatnya belum kita pahami atau belum dikenal sama sekali. Dalam bekerja di laboratorium tentu saja kita mempunyai target atau tujuan, namun hendaknya untuk mencapai target tesebut keselamatan tidak kita abaikan. Dalam bekerja hendaknya kita punya motto: hasil didapat, diri selamat atau jangan mengorbankan diri demi target. Beberapa contoh kebakaran laboratorium di universitas terkemuka negeri ini adalah yang terjadi di ITB (1973), UGM (1995) dan USU (2006). Tragedi ini kita harapkan tidak akan terulang lagi sehingga manajemen di sebuah laboratorium mutlak harus diimplementasikan.
Manajemen laboratorium (Laboratory manajement) adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas laboratorium sehari-hari.
1.2.    Manajemen Operasional Laboratorium
Untuk mengelola laboratorium dengan baik maka harus dipahami mengenal perangkat-perangkat manajemen laboratorium, yaitu: tata ruang, peralatan yang baik dan terkalibrasi, infrastruktur, administrasi laboratorium, organisasi laboratorium, fasilitas pendanaan, inventarisasi dan keamanan, pengamanan laboratorium, disiplin yang tinggi, keterampilan SDM, peraturan dasar, penangan masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan.
1.3.    Rincian Perangkat Manajemen Laboratorium
a.    Tata Ruang
Tata ruang (lay-out) sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga laboratorium dapat berfungsi dengan baik. Tata ruang yang baik dimulai sejak perencanaan pembangunan gedung yang harus mengikutsertakan pengguna (user).
b.    Alat yang baik dan terkalibrasi
Alat yang akan dioperasikan mutlak dalam kondisi: siap pakai (ready for used), bersih, terkalibrasi, tidak rusak, beroperasi dengan baik. Peralatan yang tersedia juga harus disertai dengan buku petunjuk operasional (manual operation). Letak peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada suatu tempat tertentu, baik berupa rak atau meja yang disediakan.
Peralatan dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan setelah selesai digunakan harus dibersihkan dan kemudian disusun seperti sediakala. Sebaiknya peralatan diberi penutup (cover) misalnya plastic transparan. Peralatan yang tidak ditutup akan cepat berdebu yang dapat merusak peralatan tersebut. Peralatan dan bahan laboratorium sebaiknya disimpan dengan pengelompokkan sebagai berikut.
a)    Peralatan gelas (glassware)
Peralatan dalam keadaan bersih, khususnya peralatan gelas yang sering digunakan. Beberapa alat ada yang perlu disterilisasi sebelum digunakan. Peralatan gelas ditempatkan pada lemari khusus.
b)    Bahan-bahan kimia
Bahan kimia yang bersifat asam, alkais dan bahan yang mudah menguap (volatile) sebaiknya ditempatkan pada ruang atau lemari asam (fumehood) untuk menghindari gas-gas yang timbul. Lemari/ruang asam dilengkapi dengan fan agar gas tersedot ke luar. Bahan kimia yang ditempatkan dalam botol gelap dan coklat tidak boeh kontak langsung dengan cahaya, sebaiknya ditempatkan pada lemari khusus.
c)    Alat-alat optik/mikroskop
Peralatan mikroskop dan optik disimpan ditempat kering (tidak lembab) agar kaca/optiknya tidak rusak (berjamur). Pada waktu penyimpanan mikroskop dimasukkan dalam kotaknya yang berisi silikagel untuk menyerap uap air. Beberapa peralatan optik yang ukurannya kecil seperti kaca pembesar (loop) dapat disimpan dalam desikator.
1. 4     Infrastruktur
Infrastruktur adalah segala sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu laboratorium dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Semua fasilitas fisik maupun non-fisik yang tersedia harus berfungsi dengan baik agar tercapai hasil yang optimal, baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada dasarnya infrastruktur laboratorium dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
a.    Laboratory assessment
Yang termasuk dalam laboratory assesment antara lain: lokasi laboratorium, kontruksi bangunan, pintu, jendela, ventilasi, peralatan laboratorium, dinding, atap dan langit - langit.
b.    General services (Fasilitas Umum)
Fasilitas umum yang terutama diperlukan dalam mendukung operasional laboratorium antara lain air, listrik dan gas. Air sangat dibutuhkan di dalam laboratorium, baik untuk membersihkan atau mencuci alat maupun untuk bahan kebutuhan terhadap percobaan. Laboratorium juga sangat memerlukan listrik, karena listrik adalah sumber tenaga yang diperlukan untuk menjalankan sebagian besar peralatan laboratorium. Semua yang terkait dengan pemanfaatan energi listrik, seperti sumber tegangan, stabilitas tegangan, distribusi arus serta jenis soket yang digunakan harus diperhatikan dan harus sesuai standar dengan spesifikasi peralatan yang dipakai. Selain itu juga diperukan regulator dan unit pembangkit disel. Suplai gas biasanya hanya dibutuhkan oleh sebagian laboratorium untuk sumber bahan bakar dan juga untuk keperluan percobaan/penelitian. Sebaiknya tabung gas ditempatkan di luar gedung, sehingga hanya pipa gas saja yang masuk ke dalam laboratorium, sehingga bahaya ledakan dapat dihindarkan.
1.5    Administrasi dan Organisasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi semua kegiatan administrasi di laboratorium antara lain: inventarisasi peralatan yang ada, surat-menyurat (keluar-masuk), jadwal pemakaian laboratorium (praktikum dan penelitian), daftar bahan kimia, sistem evaluasi dan pelaporan.
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan dan susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab tertinggi adalah kepala aboratorium. Kepala laboratorium bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium, seluruh peralatan dan bahan. Personalia laboratorium bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepada yang bersangkutan.
BAB 2
PENANGANAN BAHAN KIMIA DAN PERALATAN GELAS

Aktifitas laboratorium khususnya laboratorium kimia berupa praktek, penelitian, pelayanan masyarakat (komersial) selalu menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan demikian hal-hal yang tidak dikehendaki (kecelakaan) dapat saja terjadi bila kita tidak mengenal secara baik tentang bahan kimia yang kita gunakan. Banyak kecelakaan yang terjadi karena unsur manusianya (human eror).
    Dalam bekerja di Laboratorium sebaiknya mengasumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di Laboratorium adalah berbahaya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada aktivitas laboratorium, pengetahuan tentang bahan kimia yang akan digunakan serta penangannya adalah sesuatu yang mutlak disamping bekerja dengan penuh tanggung jawab, disiplin dan mengikuti aturan yang ada (normative).
2.1.    Tipe Bahaya Bahan Kimia
    Bahan kimia dikemas dalam berbagai wadah : berupa botol kaca, polimer, dan kemasan logam atau kaleng. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket (label) serta rambu-rambu tentang bahaya yang dapat terjadi.
a. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)
Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan dan bantingan terhadap bahan kimia bersangkutan seperti ammonium karbonat. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih.
b. Bahan yang beracun (toksik)
Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya, namun ada yang aksinya lambat dan ada yang cepat. Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara yang tidak beracun atau sifat toksisitasnnya lebih rendah. Contoh benzene diganti dengan toluene, CCl4 atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.
Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet dan untuk menahan panas digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes tergantung tingkat kepanasannya. Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertela), lewat kulit dan pernapasan.
c. Bahan yang mudah terbakar
Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Beberapa bahan kimia bila kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran) seperti logam Natrium (Na) dan Butil-Litium.
d. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil
Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil (nocives), adalah bahan yang bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti piridin bagi laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk pencegahannya maka aktifitas dilakukan di lemari asam.
e. Bahan yang bersifat korosif (corrosive)
Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti Brom. Urutan sifat korosif dalam bntuk gas > caiar > padat. Untuk pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan bahan korosif tindakan pertama adalah menyiramnya dengan air sebanyak-banyaknya sebelum dibawa ke dokter.
f. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi
Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabakan lecetnya kulit, mata dan mengganggu pernapasan seperti fenol. Untuk pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik.
g. Bahan yang menghasilkan radiasi
Bahan ini adalah yang bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar alfa, beta dan gama yang dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya di Laboratorium nuklir seperti BATAN. Untuk mencegahnya digunakan baju timbal.

2.2.    Penyimpanan Bahan Kimia
Untuk menyimpan bahan kimia di gudang bahan (storage) maka perlu pengetahuan dasar tentang : sifat bahaya yang ditimbulkan, kemungkinan interaksi antara bahan, kondisi yang mempengaruhi (udara, suhu, dan kelembaban udara), interaksi bahan dengan wadah penyimpanan (bahan hasil preparasi).
Penyimpanan bahan kimia diberikan label terhadap masing-masing jenisnya sehingga sifat-sifat bahayanya dapat dikenal dengan cepat dan mudah.
Berikut ini adalah menyimpan bahan sesuai dengan jenis bahaya yang ditimbulkannya.
1.    Bahan yang mudah meledak (Explosive)
Contoh : Amonium nitrat, nitroselullulosa, nitrogliserin dan trinitrotoluene (TNT).
Dismpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari : benturan, gesekan dan loncatan api dan panas.
2.    Bahan yang mudah terbakar (Flammable)
Contoh:    -    aluminium alkil fosfor (zat terbakar langsung)
    -    butana, propane (gas mudah terbakar)
    -    aseton, benzene (cairan mudah terbakar)
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi serta tersedia alat pemadam kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber api.
3.    Bahan yang mudah teroksidasi (oxidizer)
Contoh : Hidrogen peroksida, kalium perklorat dan kalium permanganate.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan mudah terbakar dan reduktor.
4.    Bahan korosif (corrosive)
Contoh :  Belerang dioksida, asam-asam, anhidrida asam dan alkali.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, wadah tertutup rapat, berlabel dan dipisahan dari bahan beracun (toxid)
5.    Bahan beracun (toxid)
Contoh : Arsen trikolorida, merkuri klorida dan sianida.
Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan serta kontak dengan kulit dan mata, terpisah dari bahan yang dapat berinteraksi, sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan (gloves), segera ke dokter bila terjadi keracunan.
6.    Bahan yang iritan (harmful or irritant)
Contoh : ammonia dan benzyl klorida.
Disimpan diruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernapasan, kulit dan mata.
7.    Bahan radioaktif (radioactive)
Contoh : Uranium, Radium dan Torium
Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus.
8.    Bahan reaktif terhadap air
Contoh : natrium, hidrida, karbit dan nitride.
Disimpan diruangan yang dingin, kering dan berventilasi. Hindari air (ruangan kedap air), api, panas, dan disediakan tabung kebakaran dengan bahan karbon dioksida
9.    Bahan reaktif terhadap asam
Contoh : natrium, hidrida, karbit dan sianida.
Disimpan diruangan yang dingin, kering dan berventilasi. Hindari asam, sumber api dan panas. Ruangan penyimpanan perlu didisain khusus, agar tidak terjadi kantong-kantong hydrogen.
10.    Gas bertekanan
Disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas,bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur. Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya.
11.    Bahan-bahan “incompatible”
Bahan-bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat, kebakaran atau ledakan. Contoh : sianida dengan asam, hidrokarbon dengan klor

2.3      Penanganan Peralatan Gelas dan Prasarana Laboratorium
      Keselamatan di Laboratorium akan terjamin bila penanganan bahan kimia dilakukan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang ada pada etiket kemasan bahan kimia. Aktifitas di Laboratorium yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu juga tidak lepas dari peralatan yang digunakan sehingga bahaya tidak hanya disebabkan oleh penanganan bahan yang salah, namun juga dapat terjadi bahaya fisik dari peralatan yang kita gunakan bila kita tidak berpedoman pada aturan tentang penanganan alat.
    Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah disiplin yang tinggi, kerapian, kebersihan dan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) bila terjadi kecelakaan, mutlak dipahami paling tidak secara umum. Berikut ini beberapa tips dalam penanganan peralatan khususnya peralatan gelas (glassware).
a.    Alat-alat gelas/kaca
Bekerja dengan peralatan gelas harus hati-hati. Alat gelas seperti beaker, labu takar, tabung reaksi, erlenmeyer, dan sebagainya.
b.    Mencabut pipa kaca dari gabus dan sumbat harus dilakukan dengan hati-hati.
c.    Alat-alat yang sudah cacat perlu disortir apakah ada yang dapat diperbaiki dibengkel gelas.
d.    Botol yang diisi bahan kimia diberi label yang jelas dengan identitas nama bahan, kosentrasi, tanggal pembuatan dan siapa yang membuatnya.
e.    Tabung yang berisi gas disimpan ditempat yang sejuk dan tidak panas.
f.    Penggunaan pipet dengan mengisap sebaiknya dihindari meskipun bahan tidak berbahaya.
Pelaksanaan aktivitas laboratorium dilengkapi prasarana listrik, listrik air, gas, alat penangas, pendingin, dan ventilasi. Prasarana ini pun harus ditangani dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


BAB 3
ALAT-ALAT KESELAMATAN LABORATORIUM

Keselamatan kerja dalam melakukan aktifitas di Laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan baik yang disebabkan peralatan (kecelakaan fisik) maupun bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia. Disamping pengetahuan yang baik tentang sifat bahaya bahan kimia, maka pengetahuan tentang alat-alat keselamatan Laboratorium adalah sesuatu hal yang mutlak. Laboratorium yang baik harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya (kimia,fisika,biologi,laboratorium terapan dan lain-lain).
Laboratorium kimia agak sepesifik karena banyak menggunakan bahan kimia dengan bermacam sifat bahaya, maka sebaiknya laboratorium kimia mempunyai peralatan keselamatan standar berikut:
3.1. Jas Laboratorium
Setiap orang yang bekerja dilaboratorium harus menggunakan alat ini untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3.2. Sarung Tangan
Sarung tangan (gloves) sangat penting karena daya tahan terhadap bahan kimia dan suhu yang tinggi terbatas. Untuk menjamin keselamatan pekerja maka sarung tangan harus selalu dipakai dengan jenis sarung tangan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
3.3. Pelindung mata dan muka
Disamping mencegah muka dan mata dari percikan bahan kimia maka penggunaan pelindung mata dan muka juga untuk mencegah muka dari kontak dengan cahaya Ultra Violet (UV), sinar laser dan api pengelasan. Untuk mencegah muka dari pengelasan ini maka digunakan kaca mata khusus. Jangan menggunakan kontak lensa bila bekerja dilaboratoriun karena asap/uap dapat menumpuk dibawah kontak lensa yang dapat menimbulkan kerusakan mata.
3.4. Alat/Kran pencuci mata
Mata yang terkena cairan kimia, debu dan butir-butiran yang terbang sebagai pertolongan pertama harus dicuci dengan alat pencuci mata. Bila tubuh memerlukan air yang banyak , maka dilaboratorium harus tersedia kran pencuci mata.
3.5. Alat pernafasan
Alat pernapasan adalah melindungi saluran pernapasan dari debu, serat kecil dan uap atau gas dari bahan kimia.
3.6.  Alat pemadam kebakaran
Beberapa alat pemadam kebakaran tergantung jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam kebakaran ada yang berupa air, tepung, karbondioksida, halon, busa, pasis dan lain-lain.
3.7. Selimut Api
Selimut api digunakan saat waktu terjadi kebakaran khususnya untuk meroboskan api kebakaran.
3.8. Tangga
Tangga digunakan untuk mengambil alat atau bahan kimia yang terdapat di tempat tinggi, untuk menghindari bahaya akibat jatuhnya atau tumpahnya bahan kimia.
3.9. Karet Penghisap
Karet penghisap digunakan untuk memipet bahan-bahan kimia dan sebaliknya semua pengambilan bahan kimia dilakukan dengan karet penghisap.
3.10. Tanda peringatan keselamatan
Tanda ini perlu untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi setiap orang yang melakukan aktifitas di laboratorium.

BAB 4
BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, walaupun bahaya tersebut terjadi karena penanganan yang salah. Efek-efek yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia diklasifikasikan sebagai berikut.
4.1.     Bahan Yang Segera Melukai Kulit
a. Asam kuat.
    Golongan ini adalah asam sulfat, asam klorida, asam kromat, asam asetat glasial dan lain-lain. Air tidak boleh dituangkan langsung dalam asam sulfat pekat karena akan menghasilkan panas yang hebat (eksplosif).
b. Basa kuat.
    Golongan ini adalah soda api (NaOH), KOH, natrium peroksida dan lain-lain. Beberapa basa kuat bila dicampurkan dengan air akan menimbulkan panas yang hebat. Membuka tutup amonia harus dengan hati-hati karena uapnya berbahaya dan penyimpanannya harus di tempat yang sejuk.
c. Berbagai Bahan Lain Yang Berbahaya.
    Berbagai bahan kimia yang sangat reaktif dengan air seperti titanium klorida, aluminium klorida, tionil klorida, asam klorosulfonit, fosforus klorida dan lain-lain. Reaksinya dengan air akan menghasilkan sulfur dioksida dan atau hidrogen klorida yang menyebabkan luka pada paru-paru. Bila menangani bahan ini selalu menggunakan sarung tangan PVC dan pelindung muka (mata). Pada proses pengenceran maka kebersihan peralatan adalah sesuatu yang mutlak.
4.2     Bahan Yang Diserap Kulit
    Keracunan dapat terjadi bila membiarkan zat-zat tersebut tetap tinggal di kulit (lupa membersihkannya). Senyawa-senyawa ini adalah turunan nitro dan amina dari benzena seperti aniline , toluene, nitrobenzene, dinitrokloro benzene dan lain-lain. Sedangkan senyawa anorganik yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida, garam-garam timah, arsenik, tembaga, selenium dan merkuri. Segera setelah bekerja dengan bahan-bahan kimia diatas tangan harus segera dicuci dengan air dan sabun.
4.3     Timbunan Racun Dalam Tubuh
    Bahan-bahan kimia yang relatif tidak berbahaya jika jarang digunakan (sekali-sekali) dalam waktu singkat, dapat menjadi berbahaya jika digunakan konstan dan teratur karena terjadi penimbunan (akumulasi) akibat absorbs sedikit demi sedikit. Bahan-bahan yang termasuk dalam golongan ini adalah timah, arsenik, merkuri, karbontetraklorida, benzene, tetrakloroetena, turunan nitro, aniline, dan lain-lain.
4.4     Gas Dan Cairan Yang Mudah Terbakar
    Cairan yang mudah terbakar tidak boleh dituangkan di dekat api, tidak boleh dipanaskan kecuali untuk spesifikasi tertentu/tujuan tes dengan teknik khusus. Untuk penyimpanannya harus dalam wadah yang ruang kosongnya cukup besar dan disimpan di tempat yang sejuk untuk mencegah ledakan oleh uap jenuh karena cuaca panas. Beberapa cairan yang mudah terbakar adalah eter, benzene, etanol dan petroleum eter (pe).
    Gas yang mudah terbakar misalkan karbon disulfide (CS2) atau karbit harus hati-hati karena bola lampu yang menyala dapat membakarnya. Pembakaran menghasilkan gas belerang dioksida (SO2) yang beracun. Beberapa cairan menghasilkan uap yang mudah terbakar seperti methanol (metil alkohol), etanol, petroleum (ligroin, kerosin, paraffin), aston, toluene, solven naptha, white spirit dan eter.
4.5 Debu Dan Asap
    Debu dan asap (dust and fume) dapat menyebabkan keracunan bila diisap pada waktu melakukan aktivitas yang dapat  dihasilkan dari penggilingan, penyaringan, penuangan bahan dan lain-lain. Misalkan asap dari timah, cadmium, fosfous, selenium, merkuri, berilium, vanadium yang sangat beracun. Debu silica, asbes dapat merusak paru-paru. Bila bekerja dengan bahan ini maka harus dilakukan di lemari asam, atau bila tidak ada lemari asam menggunakan masker.
4.6     Bahan Radioaktif
    Bahan radioaktif masuk dalam tubuh melalui kulit, mulut dan hidung sehingga bila menggunakan bahan radioaktif harus yakin bahwa hal tersebut tidak terjadi. Selalu menggunakan sarung tangan karet, dan sebelum meninggalkan laboratorium tangan harus dicuci bersih, kemudian dimonitor yang alatnya mutlak harus ada untuk laboratorium yang banyak menggunakan zat-zat radioaktif. Alat deteksi radioaktif harus dilengkapi monitor portable untuk mendeteksi radioaktif dan portable dose-rate untuk mengukur dosis radioaktif yang diterima individu. Pembuangan sampah radioaktif merupakan tanggung jawab pengawas laboratorium. Bahan ini tidak dapat dibuang lewat bak pencuci atau saluran air tanpa rekomendasi khusus.
4.7     Peroksida dari Eter
    Kebakaran bukan satu-satunya bahaya yang ditimbulkan oleh eter. Dietil dan diisopropil eter bila kontak langsung dengan cahaya matahari dapat membentuk peroksida yang tidak stabil yang dapat menimbulkan ledakan. Eter harus disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya dan dalam botol kemasan yang berwarna kuning sawo dan periode penyimpanan yang sesingkat mungkin.
4.8     PVC (Polivinyl Chloride)
    Walaupun PVC tidak mudah terbakar, namun pada temperatur tinggi dapat terurai membentuk hidrogen klorida yang sangat korosif dan sangat berbahaya untuk pernapasan.
4.9     Asam Perklorat
    Asam perklorat bila kontak dengan bahan organik atau anorganik yang mudah teroksidasi dapat menghasilkan ledakan dan kebakaran. Senyawa asam perklorat ˂ 72% adalah ambang batas yang aman digunakan untuk oksidasi bahan yang diperlukan. Cairan atau larutan yang mengandung alkohol, gliserol atau bahan lain yang dapat membentuk ester tidak boleh dipanaskan bersama-sama dengan asam perklorat karena dapat mengakibatkan ledakan yang hebat. Asam perklorat juga tidak boleh dibiarkan kontak denga rak atau meja kayu dan wadahnya harus diletakkan pada gelas atau bahan yang terbuat dari porselen. Setiap tumpahan harus dinetralkan dengan abu soda dan disiram dengan air yang banyak sebelum dilap. Setiap pekerja yang menggunakan asam perklorat harus menggunakan sarung tangan, kaca mata pelindung atau pelindung muka.
4.10     Gas Beracun dan Iritan
    Bahan yang menyebabkan iritan dan sekaligus beracun sangat banyak termasuk uap asam dan basa pekat seperti asam klorida, asam fluorida, asam nitrat, sulfur klorida dan bromin. Difenilkloro dan sianoarsen digunakan sebagai senjata kimia dalam perang (senjata pemusnah massal) yang sangat dilarang dalam perang. Bahan-bahan bentuk gas seperti klorin, sulfur dioksida, fosgen dan nitrogen peroksida juga sangat iritan dan beracun.
Hidrogen selenida merupakan bahan beracun yang setara dengan arsenik dan hydrogen sianida. Bahkan beberapa zat yang iritan dab beracun sulit dideteksi keberadaannya seperti gas karbon monooksida. Kehadiran beberapa gas beracun dan iritan dapat dideteksi dari baunya seperti HCN (bau almond) dan H2S bau telur busuk. Langkah pertama yang harus dilakukan bila keracunan adalah langkah-langkah berikut: berikan banyak air dan susu untuk diminum (antidote), berikan obat emesis, pindahkan orang yang keracunan ke tempat terbuka dan segar dalam keadaan telentang dan hangat, serta longgarkan kain yang melekat ditubuhnya, jangan diberikan obat stimulant (perangsang) selain kopi panas. Berikan oksigen jika perlu dan pernapasan buatan diberikan bila benar-benar pernapasan seolah-olah berhenti.

Reaksi Kimia

Judul Praktikum    : Reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan endapan
Kelas            : X
Tujuan Percobaan    : Mengamati reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan     endapan

Teori Pendukung    :
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Fase padat ini berupa kristal (kristalin) atau koloid dapat dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan pemusingan (centrifuge). Terbentuknya endapan apabila larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat bersangkutan. Kelarutan endapan sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan ini dipengaruhi oleh suhu, tekanan, konsentrasi, bahan – bahan lain dalam larutan dan komposisi pelarutnya. (Vogel, 1985).
Tujuan utama dari reaksi pengendapan adalah memisahkan fase padat murni yang homogen dan dapat disaring dengan mudah. Keadaan lewat jenuh yang kecil sangat penting pada reaksi pengendapan maka itu zat pengendap yang encer perlu ditambahkan perlahan – lahan dan sambil diaduk. Pada teknik pengendapan larutan homogen diperoleh endapan dengan perlahan – lahan dari reaksi kimia yang homogan dari larutan yang dicampurkan  (Vogel 1991).

Alat:
-    Tabung reaksi 10 buah
-    Rak tabung reaksi 1 buah
-    Pipet tetes 8 buah
Bahan:
-    Larutan AgNO3 0,2 M
-    Larutan PbNO3 0,2 M
-    Larutan HCl 0,2 M
-    Larutan KI 0,2 M
-    Larutan KOH 0,1 M
-    Larutan H2SO4
-    Larutan K2Cr2O7 0,1 M

Prosedur Kerja:
1.    Sediakan lima buah tabung reaksi yang telah bersih, ke dalam masing – masing tabung isikan sekitar 2 ml larutan AgNO3 0,2 M.
2.    Tabung reaksi pertama tambahkan larutan HCl 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
3.    Tabung reaksi kedua tambahkan larutan KI 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
4.    Tabung reaksi ketiga tambahkan larutan K2Cr2O7 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
5.    Tabung reaksi keempat tambahkan larutan KOH 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
6.    Tabung reaksi kelima tambahkan larutan H2SO4 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
7.    Sediakan empat  buah tabung reaksi yang telah bersih, ke dalam masing – masing tabung isikan sekitar 2 ml larutan PbNO3 0,2 M.
8.    Tabung reaksi pertama tambahkan larutan HCl 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
9.    Tabung reaksi kedua tambahkan larutan KI 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
10.    Tabung reaksi ketiga tambahkan larutan K2Cr7O7 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
11.    Tabung reaksi keempat tambahkan larutan KOH 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.
12.    Tabung reaksi kelima tambahkan larutan H2SO4 0,2 M tetes demi tetes kemudian aduk, amati dan catat.

Pengamatan:
Larutan AgNO3 0,2 M + Larutan HCl 0,2 M → endapan putih
Larutan AgNO3 0,2 M + Larutan KI 0,2 M → endapan kuning gading
Larutan AgNO3 0,2 M + Larutan KOH 0,1 M → endapan cokelat
Larutan AgNO3 0,2 M + Larutan H2SO4 → tidak terjadi endapan
Larutan AgNO3 0,2 M + Larutan K2Cr2O7 0,1 M → endapan merah bata
Larutan PbNO3 0,2 M + Larutan HCl 0,2 M → endapan putih
Larutan PbNO3 0,2 M + Larutan KI 0,2 M → endapan kuning gading
Larutan PbNO3 0,2 M + Larutan KOH 0,1 M → endapan putih
Larutan PbNO3 0,2 M + Larutan H2SO4 → endapan putih
Larutan PbNO3 0,2 M + Larutan K2Cr2O7 0,1 M → endapan kuning

Hasil dan Pembahasan:
-    AgNO3 + HCl → endapan putih perak klorida
Ag+ + Cl-  → AgCl↓
Endapan putih ini bila dibiarkan lama kelamaan menjadi abu – abu.
-    AgNO3 + KI → endapan kuning perak klorida
Ag+ + I-  → AgI↓
-    AgNO3 + KOH → endapan coklat perak oksida
2Ag+ + 2OH-  → Ag2O↓ + H2O
-    2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO2+ + SO2↑ + 2H2O
Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna
-    AgNO3 + K2Cr2O7 → endapan merah bata perak kromat
2Ag+ + Cr2O7  → Ag2Cr7↓
-    PbNO3 + HCl → endapan putih
Pb+ + Cl- ↔ PbCl↓
-    PbNO3 + KI → endapan kuning, timbel iodide
Pb+ + I-  → PbI↓
-    PbNO3 + KOH → endapan putih timbel hidroksida
Pb+ + OH+ → PbOH, timbel hidroksida mempunyai sifat ameoter
-    PbNO3 + H2SO4 → endapan putih timbel sulfat
2Pb+ + SO2+ → Pb2SO4
-    PbNO3 + K2Cr2O7 → endapan kuning, timbel kromat
2Pb+ + Cr2O7 → Pb2Cr2O7

Simpulan:
Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan endapan berwarna, adapun reaksi pada AgNO3 dan H2SO4 tidak membentuk endapan ataupun perubahan terhadap larutan yang bercampur.

Pustaka:
1.    Vogel (1985), Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi kelima direvisi oleh G.Svehla diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono dan Dr.A.Handayana Pujaatmaka. Penerbit PT.Kalman Media Pustaka, Jakarta.
2.    Vogel (1991), Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik diterjemahkan oleh Ir.L.Setiono dan Dr.A.Handayana Pujaatmaka. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.